Dear you…
“K’ Amir..aku tahu kamu sangat
menyayangi aku..aku pun begitu k’..tapi, tidak seperti yang kakak harapkan.
Maaf..”. Hal itu terucap begitu saja
setelah sekian lama k’ Amir memendam
perasaan itu terhadapku.
Kini, kurang
lebih 3 tahun sudah aku menjalin pertemanan dengan k’ Amir. K’ Amir yang sangat
perhatian terhadapku dibanding dengan teman lelaki lain yang pernah dekat
denganku. Tapi k’ Amir hanyalah teman bagiku, teman, kakak dan sahabat bagiku.
Setelah sekian lama aku bersamanya, kembali aku mengingat-ingat kembali
perjalanan kami ketika pertama kali bertemu dan akhirnya bisa seakrab dan
sedekat ini.
Waktu itu aku
masih semester dua di salah satu universitas ternama di Makassar. Aku
memutuskan kembali tinggal di kost dimana sebelumnya aku telah ngekost di
tempat yang lain. Aku pindah kost untuk mencari suasana baru. Dan saat itulah
suasana baru dimulai. Ketika aku pulang dari kampus dimana aku selesai mengisi
kegiatan himpunan, disaat hujan telah membasahi bumi beberapa menit yang lalu,
saat itulah awal mula aku bertemu dengan k’ Amir. K’ Amir yang sedang berada di
depan kamar kostnya saat itu, dan aku yang ingin masuk ke kost aku.. tapi
terkendala dengan banjirnya jalan masuk ke kost aku saling bicara. “ Kira-kira
kalau aku masuk saja dengan melewati banjir ini, apa aku akan basah kuyup k’?”
kataku pada k’ Amir yang waktu itu aku tak tahu sama sekali namanya. “ iya de’,
sepertinya akan kebasahan, apalagi hujannya belum begitu reda” kata k’ Amir
padaku. Dengan begitu aku pun mengurungkan niatku untuk melewati jalan setapak
yang banjir itu dan menunggu hingga banjirnya cukup surut.
Sejak saat
itulah k’ Amir mencari tahu tentangku ke temannya yang ternyata juga temanku.
Lama setelah k’ Amir memiliki nomor handphone aku, barulah kemudian dia memberanikan
diri untuk menghubungiku. Dan sejak saat itulah aku mulai dekat dengan k’ Amir.
Aku sering ke kamar kostnya walau hanya untuk ngobrol atau nonton tv. Tiap kali
melewati kamar kostnya aku selalu menyempatkan menyapa k’ Amir, walau hanya
berteriak memanggil “ k’ Amiiiirrr!!! Aku ke kampus yaa..” .
Hari-hariku
bersama k’ Amir kulewati dengan sangat menyenangkan dan tidak sungkan untuk
berekspresi. Selera lagu kami cukup banyak yang sama membuat kami terkadang
nyanyi-nyanyi bersama, gila-gilaan bersama, ketawa-ketawa bersama bahkan saling
mencela satu sama lain. Dan hal itu makin mengakrabkan kami. Tiap kali aku
memiliki pacar, aku sering curhat dengan k’ Amir. Semua masalah yang kualami
pun sering aku ceritakan ke k’ Amir. Tiap kali aku meminta tolong pada k’ Amir,
k’ Amir selalu mengusahakan agar bisa membantuku. K’ Amir selalu ada di saat
aku butuh dorongan semangat. Dan ketika aku merasa sedih dengan sesuatu dan
butuh teman, aku akan mendatangi k’ Amir dan seketika itu juga aku merasa lega
dengan nasehat-nasehat yang dia berikan.
Aku sering
meminta maaf pada k’ Amir mengenai sifatku yang moody-an, tapi k’ Amir tak
pernah marah dengan itu. K’ amir sangat mengerti aku yang masih belum dewasa,
yang masih kekanakan dalam menghadapi sesuatu. Bahkan k’ amir malah sering
menasehatiku agar segera merubah sikap anehku, bisa menjaga diriku sendiri dan
menjadi dewasa.
Aku sayang k’
Amir,, tapi tidak untuk menjadi kekasih. Aku sayang k’ Amir sebagai seorang
adik yang sayang kakaknya, sebagai seorang sahabat dan keluarga. K’ Amir orang
yang special bagiku.. Entah kata orang bagaimana terhadapku, mungkin ada yang
bilang aku hanya memanfaatkan kebaikan k’ Amir. Tapi sesungguhnya, aku sangat
butuh orang seperti dia. Orang yang bisa membuatku kembali tenang jika merasa
marah dan jengkel terhadap sesuatu, orang yang bisa membuat aku menceritakan
semua keluh kesahku, orang yang dewasa mengajarkanku sesuatu dan orang yang
sangat sabar dan ikhlas menghadapi aku.
Aku sayang k’
Amir,, tapi tidak untuk menjadi seorang istri untuknya.. Aku hanya ingin dia
tetap seperti sekarang. Tetap menjadi kakak yang baik untukku, hingga kelak dia
mendapatkan orang yang betul-betul sayang kepadanya dengan harapan yang sama
dengan k’ Amir.
Entah
bagaimana aku harus membayar semua kebaikan k’ Amir. Aku hanya berharap bisa
tetap membuat k’ Amir nyaman pernah mengenal aku…
Terlalu banyak
kenangan menyenangkan bersama k’ Amir.. Dan entah hal apa yang membuat k’ Amir
menjadi seperti ini. Tiba-tiba saja aku mengetahui bahwa k’ amir ingin pergi.
Aku segera menghubunginya dan menanyakan kenapa dia ingin pergi tanpa
membicarakan terlebih dahulu padaku. Dengan alasan k’ Amir seperti ini “ untuk
hidup lebih baik dan bisa terbiasa tanpa kamu”. Seketika itu juga aku sadar
bahwa ternyata k’ Amir selama ini menyimpan
rasa sayangnya terhadapku dan menahan perasaan itu hingga akhirnya dia
mengatakannya dan aku tidak bisa menerima itu… Aku sangat merasa bersalah,
entah apa yang harus aku lakukan. Aku tidak bisa begitu saja melarang k’ Amir
pergi. Jika aku melarangnya, aku yakin k’ Amir akan makin tersiksa dengan
perasaan yang dia rasakan. Sehingga dengan penjelasan yang cukup panjang dari
k’ Amir dan jawaban aku yang masih saja tidak bisa memberikan apa yang
diharapkan k’ Amir.. Aku merelakan dan mengikhlaskan k’ Amir untuk pergi, walau
aku sedikit takut jika k’ Amir pergi. Aku takut tidak ada lagi yang bisa
benar-benar mengerti aku dan memperhatikan aku lebih. Tapi aku tak bisa begitu
saja egois dengan keputusan k’ Amir..
Dan akhirnya
k’ Amir memutuskan pergi, tapi tidak saat itu juga. K’ Amir mengurungkan niat
untuk pergi saat itu juga. K’ Amir merasa harus memikirkan matang-matang
keputusan yang dia ambil.
Suatu saat
setelah kejadian itu, k’ Amir menghubungiku dan membicarakan baik-baik mengenai
keputusan yang ingin dia ambil untuk mencari peruntungan di luar. Dia meminta
pendapatku dan tentu saja aku mendukung k’ Amir. Jika hal itu baik untuk k’
Amir dan bisa membuat k’ Amir lupa akan perasaannya terhadapku, maka aku akan
sangat mendukungnya.
Selamat
tinggal k’ Amir..baik-baiklah disana, tetap menjadi k’ Amir yang aku kenal. K’
amir yang sangat baik terhadap siapa saja dan k’ Amir yang sangat menyayangi
keluarga terutama orang tuanya…
Aku sangat berharap akan ada wanita yang
akan menjemput perasaan k’ Amir sama dengan yang diharapkan k’ Amir.. Aku akan
selalu menyayangi k’ Amir seperti ini hingga akhirnya hal itu harus terhenti
oleh sesuatu yang membahagiakan bukan sesuatu yang menyedihkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar