Selasa, 28 Oktober 2014

Dear you…


“K’ Amir..aku tahu kamu sangat menyayangi aku..aku pun begitu k’..tapi, tidak seperti yang kakak harapkan. Maaf..”.  Hal itu terucap begitu saja setelah sekian lama k’  Amir memendam perasaan itu terhadapku.

Kini, kurang lebih 3 tahun sudah aku menjalin pertemanan dengan k’ Amir. K’ Amir yang sangat perhatian terhadapku dibanding dengan teman lelaki lain yang pernah dekat denganku. Tapi k’ Amir hanyalah teman bagiku, teman, kakak dan sahabat bagiku. Setelah sekian lama aku bersamanya, kembali aku mengingat-ingat kembali perjalanan kami ketika pertama kali bertemu dan akhirnya bisa seakrab dan sedekat ini.

Waktu itu aku masih semester dua di salah satu universitas ternama di Makassar. Aku memutuskan kembali tinggal di kost dimana sebelumnya aku telah ngekost di tempat yang lain. Aku pindah kost untuk mencari suasana baru. Dan saat itulah suasana baru dimulai. Ketika aku pulang dari kampus dimana aku selesai mengisi kegiatan himpunan, disaat hujan telah membasahi bumi beberapa menit yang lalu, saat itulah awal mula aku bertemu dengan k’ Amir. K’ Amir yang sedang berada di depan kamar kostnya saat itu, dan aku yang ingin masuk ke kost aku.. tapi terkendala dengan banjirnya jalan masuk ke kost aku saling bicara. “ Kira-kira kalau aku masuk saja dengan melewati banjir ini, apa aku akan basah kuyup k’?” kataku pada k’ Amir yang waktu itu aku tak tahu sama sekali namanya. “ iya de’, sepertinya akan kebasahan, apalagi hujannya belum begitu reda” kata k’ Amir padaku. Dengan begitu aku pun mengurungkan niatku untuk melewati jalan setapak yang banjir itu dan menunggu hingga banjirnya cukup surut.

Sejak saat itulah k’ Amir mencari tahu tentangku ke temannya yang ternyata juga temanku. Lama setelah k’ Amir memiliki nomor handphone aku, barulah kemudian dia memberanikan diri untuk menghubungiku. Dan sejak saat itulah aku mulai dekat dengan k’ Amir. Aku sering ke kamar kostnya walau hanya untuk ngobrol atau nonton tv. Tiap kali melewati kamar kostnya aku selalu menyempatkan menyapa k’ Amir, walau hanya berteriak memanggil “ k’ Amiiiirrr!!! Aku ke kampus yaa..” .

Hari-hariku bersama k’ Amir kulewati dengan sangat menyenangkan dan tidak sungkan untuk berekspresi. Selera lagu kami cukup banyak yang sama membuat kami terkadang nyanyi-nyanyi bersama, gila-gilaan bersama, ketawa-ketawa bersama bahkan saling mencela satu sama lain. Dan hal itu makin mengakrabkan kami. Tiap kali aku memiliki pacar, aku sering curhat dengan k’ Amir. Semua masalah yang kualami pun sering aku ceritakan ke k’ Amir. Tiap kali aku meminta tolong pada k’ Amir, k’ Amir selalu mengusahakan agar bisa membantuku. K’ Amir selalu ada di saat aku butuh dorongan semangat. Dan ketika aku merasa sedih dengan sesuatu dan butuh teman, aku akan mendatangi k’ Amir dan seketika itu juga aku merasa lega dengan nasehat-nasehat yang dia berikan.

Aku sering meminta maaf pada k’ Amir mengenai sifatku yang moody-an, tapi k’ Amir tak pernah marah dengan itu. K’ amir sangat mengerti aku yang masih belum dewasa, yang masih kekanakan dalam menghadapi sesuatu. Bahkan k’ amir malah sering menasehatiku agar segera merubah sikap anehku, bisa menjaga diriku sendiri dan menjadi dewasa.

Aku sayang k’ Amir,, tapi tidak untuk menjadi kekasih. Aku sayang k’ Amir sebagai seorang adik yang sayang kakaknya, sebagai seorang sahabat dan keluarga. K’ Amir orang yang special bagiku.. Entah kata orang bagaimana terhadapku, mungkin ada yang bilang aku hanya memanfaatkan kebaikan k’ Amir. Tapi sesungguhnya, aku sangat butuh orang seperti dia. Orang yang bisa membuatku kembali tenang jika merasa marah dan jengkel terhadap sesuatu, orang yang bisa membuat aku menceritakan semua keluh kesahku, orang yang dewasa mengajarkanku sesuatu dan orang yang sangat sabar dan ikhlas menghadapi aku.

Aku sayang k’ Amir,, tapi tidak untuk menjadi seorang istri untuknya.. Aku hanya ingin dia tetap seperti sekarang. Tetap menjadi kakak yang baik untukku, hingga kelak dia mendapatkan orang yang betul-betul sayang kepadanya dengan harapan yang sama dengan k’ Amir.

Entah bagaimana aku harus membayar semua kebaikan k’ Amir. Aku hanya berharap bisa tetap membuat k’ Amir nyaman pernah mengenal aku…

Terlalu banyak kenangan menyenangkan bersama k’ Amir.. Dan entah hal apa yang membuat k’ Amir menjadi seperti ini. Tiba-tiba saja aku mengetahui bahwa k’ amir ingin pergi. Aku segera menghubunginya dan menanyakan kenapa dia ingin pergi tanpa membicarakan terlebih dahulu padaku. Dengan alasan k’ Amir seperti ini “ untuk hidup lebih baik dan bisa terbiasa tanpa kamu”. Seketika itu juga aku sadar bahwa ternyata  k’ Amir selama ini menyimpan rasa sayangnya terhadapku dan menahan perasaan itu hingga akhirnya dia mengatakannya dan aku tidak bisa menerima itu… Aku sangat merasa bersalah, entah apa yang harus aku lakukan. Aku tidak bisa begitu saja melarang k’ Amir pergi. Jika aku melarangnya, aku yakin k’ Amir akan makin tersiksa dengan perasaan yang dia rasakan. Sehingga dengan penjelasan yang cukup panjang dari k’ Amir dan jawaban aku yang masih saja tidak bisa memberikan apa yang diharapkan k’ Amir.. Aku merelakan dan mengikhlaskan k’ Amir untuk pergi, walau aku sedikit takut jika k’ Amir pergi. Aku takut tidak ada lagi yang bisa benar-benar mengerti aku dan memperhatikan aku lebih. Tapi aku tak bisa begitu saja egois dengan keputusan k’ Amir..

Dan akhirnya k’ Amir memutuskan pergi, tapi tidak saat itu juga. K’ Amir mengurungkan niat untuk pergi saat itu juga. K’ Amir merasa harus memikirkan matang-matang keputusan yang dia ambil.

Suatu saat setelah kejadian itu, k’ Amir menghubungiku dan membicarakan baik-baik mengenai keputusan yang ingin dia ambil untuk mencari peruntungan di luar. Dia meminta pendapatku dan tentu saja aku mendukung k’ Amir. Jika hal itu baik untuk k’ Amir dan bisa membuat k’ Amir lupa akan perasaannya terhadapku, maka aku akan sangat mendukungnya.

Selamat tinggal k’ Amir..baik-baiklah disana, tetap menjadi k’ Amir yang aku kenal. K’ amir yang sangat baik terhadap siapa saja dan k’ Amir yang sangat menyayangi keluarga terutama orang tuanya…       

 Aku sangat berharap akan ada wanita yang akan menjemput perasaan k’ Amir sama dengan yang diharapkan k’ Amir.. Aku akan selalu menyayangi k’ Amir seperti ini hingga akhirnya hal itu harus terhenti oleh sesuatu yang membahagiakan bukan sesuatu yang menyedihkan.

 


Kamis, 21 Agustus 2014

Skripsi..skripsi..Sudah sebulan lebih dari hari pengajuan judul skripsi yang kulakukan. Tapi hingga saat ini masih belum ketahuan juga bab 4 yang harusnya sudah terisi. Di fikiranku hanya dibebani oleh orang lain, oleh urusan orang lain. Sedang perasaanku hanya diisi dengan rasa iri dan jengkel kepada orang-orang terdekatku, yaa teman-temanku.
Harusnya aku bisa fokus dengan skripsiku sendiri, bukan dengan urusan yang tidak seharusnya aku urusi. Hal inilah yang selama ini menyita waktu dan fikiranku. Hal tak bermanfaat inilah yang membuat bab 4 ku tak terisi hingga kini.
Aku ingin fokus..aku ingin tidak memikirkan keberhasilan orang lain.. Tapi apa? hal itu masih saja mengganggu.
Tuhan..Engkau mendengarkan keluhku..ambillah sifat buruk pada diriku dan jadikan aku makhluk yang bisa menata hidup dengan iman ikhlas dari diriku..
Sesungguhnya Engkau Maha melihat lagi mendengar..
Tuhan…hal ini kembali mengganggu perasaanku..
Pulang dari Pangkep, rumah keluargaku, setelah silaturahmi..dimana hal ini adalah hal yang sangat berarti bagiku kelak. Tapi masalah itu kembali mengganggu. Kenapa harus ada rumah itu jika hanya akan membuat masalah dalam keluargaku Tuhan? Aku tidak ingin keluargaku terpisah walaupun itu bukan “pisah” yang sesungguhnya. Aku tidak ingin kehidupan seperti ini..
Suasana rumah yang tidak seramai dulu.. keluarga yang terbagi.. makanan yang harus diantarkan..
Semua hal itu sangat tidak menyenangkan Tuhan.. kenapa orang tuaku seperti ini? Kenapa mereka masih harus saling egois? Saling gengsi? Saya tidak ingin seperti iniiii..
Bagaimana saya menyatukan keluarga ini kembali? Apa yang harus saya lakukan Tuhan? Tiap kali hal ini dibahas, hanya akan memicu emosi orang tuaku..terutama bapakku. Jika hal itu dibahas hanya akan membuat kedua orang tuaku saling marah. Dan suasana akan kembali menjadi lebih tak menyenangkan..

Bukakan pintu keluar Mu Tuhan untuk masalah dalam keluargaku ini.amiin.

Sabtu, 05 April 2014

Iri!
yups..kalian pasti tau apa itu, sifat yang bagaimana "iri" itu. sifat jelek kah dia, atau baik kah dia itu terserah kalian yang mau menilainya seperti apa.
siapa pun pasti pernah merasakannya.. dan kali ini, sifat yang kata orang penyakit hati itu berkali-kali menimpa saya.
Sesak sangat yang saya rasakan ketika melihat teman2 saya berhasil mendapatkan apa yang mereka inginkan dan apa yang mereka usahakan terbayar.
Kadang saya berpikir, usaha mereka tidak lebih baik dengan apa yang saya usahakan, tapi kenapa mereka bisa mendapat lebih dari saya? hhfft.. hal itu membuat saya su'udzon sama Tuhan..kenapa Engkau begitu pilih kasih Tuhan? apa salah saya???

Mereka akhirnya bisa tertawa lepas, puass dengan apa yang mereka peroleh. Sedangkan saya? hanya bisa meratapi kesenangan mereka, iri dan membenci nasib yang menimpa saya.
aaAAARrrgGGH!!!!
Saya sangat benci dengan dia dan mereka yang begitu senang dan tidak melihat usaha saya selama ini untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan dan secara langsung apa yang saya inginkan juga. keinginan kami sama, namun nasib yang ada pada kami berbeda. nasib mereka lebih mujur dan saya hanya bisa menjadi pecundang. hahhaa. (y)

Oke! sekarang kita akan lihat siapa yang bakal tertawa di garis finish kelak. apakah kalian dengan nasib mujur kalian itu, atau saya dengan sifat iri saya ini!!